Bagaimana memastikan kondisi keuangan perusahaan tetap stabil dalam jangka panjang dengan melakukan analisa rasio keuangan
Mengukur kesehatan keuangan bisnis tidak sesederhana menghitung beban utang dan aset.
Untuk memastikan kondisi keuangan perusahaan tetap stabil dalam jangka panjang, seorang pengusaha perlu melakukan analisia rasio keuangan secara mendalam sehingga akan diketahui indikator kesehatan keuangan bisnis yang dihasilkan. Selain mengukur kinerja perusahaan, analisa rasio juga bisa dijadikan patokan untuk menilai tepat tidaknya keputusan finansial yang telah diambil, termasuk yang berkaitan dengan investasi, permodalan, sampai kebijakan deviden. Lalu, apa saja indikator kesehatan keuangan bisnis? Simak penjelasannya di uraian singkat berikut ini:
1. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas atau yang disebut dengan analisa tingkat keuntungan, merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dari Kegiatan usahanya. Mulai dari kegiatan penjualan, penggunaan aset, maupun ekuitasnya berdasarkan pengukuran ilmu akuntansi. Rasio profitabilitas ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor), Net Profit Margin (Margin Laba Bersih), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Return on Sales (ROS), dan Return on Capital Employed (ROCE).
2. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas atau disebut dengan analisa kesehatan kas, merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Contohnya gaji karyawan, hutang perusahaan, biaya operasional, dan sebagainya. Jika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya berarti perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang baik.
Sebaliknya, jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya, berarti perusahaan tersebut tidak memiliki tingkat likuiditas yang baik dan keuangan perusahaan menjadi kurang sehat. Rumus perhitungannya bisa menggunakan Current Ratio (Rasio Lancar), Quick Ratio (Rasio Cepat), Cash Ratio (Rasio Kas), Cash Turnover Ratio (Rasio Perputaran Kas), dan Working Capital to Total Asset Ratio. Contoh kasusnya adalah, misalnya perusahaan Anda memiliki Kas dan setara kas sebesar Rp 500 juta dengan pengeluaran bulanan rutin Rp 100 juta, maka rasio likuiditasnya adalah 5 bulan.
Artinya, sisa aset saat ini bisa dipakai untuk menyokong segala biaya operasional selama 5 bulan dalam kondisi tidak ada pemasukan sama sekali.
3. Rasio Solvabilitas
Utang merupakan hal yang wajar dalam bisnis.
Nah, untuk menilai apakah kondisi keuangan perusahaan Anda masih sehat atau tidak meski berutang,
Anda bisa mencoba menghitunganya dengan menggunakan rasio manfaat hutang atau rasio solvabilitas. Perlu Anda ketahui, rasio solvabilitas ini biasanya digunakan untuk mennjau posisi perusahaan yang dilihat dari kewajibannya kepada pihak lain, termasuk kreditor. Analisa manfaat hutang ini bisa Anda ketahui dengan menggunakan rumus Dept to Equity Ratio (DER), Dept to Asset Ratio (DAR), dan Time Interest Earned Ratio (TIER)
4. Rasio Aktivitas
Analisa keuangan bisnis yang terakhir yang harus Anda lakukan adalah rasio aktivitas.
Rasio aktivitas ini digunakan untuk menganalisa seberapa efektif dan efisien perusahaan dalam menggunakan dan memanfaatkan semua sumber daya dan aset yang dimiliki oleh perusahaan. Jika Anda sudah melakukan analisa tingkat keuntungan, analisa kesehatan kas, dan analisa manfaat hutang sesuai dengan data laporan keuangan bisnis Anda,
maka Anda bisa menganalisa rasio aktivitas dengan mudah. Rumus yang Anda gunakan dalam analisa aktivitas adalah Account Receivable Turnover (ARTO) atau rasio perputaran piutang, Days of Receivable atau rasio rata-rata umur piutang, Total Asset Turnover (TATO), Working Capital Turnover (WCTO), Fixed Asset Tunrover (FATO)
Solusi Praktis Menganalisa Kondisi Keuangan Perusahaan
Untuk mengukur kesehatan finansial bisnis, Anda wajib berpedoman pada hasil laporan keuangan. Nah, agar segala aktivitas pencatatan keuangan perusahaan tersusun dengan rapi dan sistematis, penggunaan teknologi komputasi accounting seperti software Finata bisa dijadikan solusi.
Comments